Kamis, 21 Juli 2016

Pos trakhir untuk mantanku

Datang dan pergi. Memberi tawa dan luka. Memperhatikan dan mengabaikan. Sayang dan benci. Ntah, apa maumu. Apa yang sebenarnya engkau rasakan, apa yang benar-benar engkau rasakan.

Perasaan untuk seseorang yang terlalu sering kamu mainkan, aku.

Engkau akan datang dan pergi sesuka hatimu? Memberi perhatian semaumu? Dan memberi rasa sayang seingatmu? Kamu mau apa, kamu mau ini aku turutkan. Kamu mau itu, aku coba untuk mengerti. Meskipun ini sedikit menggoreskan luka. Sedikit? Bukankah lama kelamaan akan menjadi banyak?

Engkau tak sadar? Bahkan tidak ingat? Dalam hubungan lalu memang engkau seperti orang yang sedang mabuk, tidak tau apa-apa.

Sudahlah aku lelah dengan semuanya, kamu tidak lelah mempermainkan perasaanku?

Aku cwo yang benar-benar menyayangimu, engkau tak menyesal? Engkau terlalu hebat, orang sehebat kamu mungkin tidak akan pernah menyesal. Ah, kamu terlalu egois.

Dan ini yang tidak mau aku rasakan sebelum-sebelumnya. Selalu mempertahankan orang yang benar-benar sering mengingkari janji, berkata kasar, tidak menghargai bahkan mengabaikan.

Mengapa aku selalu bertahan? Aku tidak selalu bertahan dengan semua sikap mu yang seolah-olah seperti ratu, ya. Sikapmu yang seperti itu, membuat aku pergi.

Aku lelah, tapi di sisi lain bagaimanapun juga kamu pernah menulis certa indah dan bingkai kehidupan bersamaku...

Bukankah aku selalu tersenyum saat engkau menyepelekan amarahku dengan tawamu yang bahagia itu? Kamu ingatkan? Kamu mengerti?

Hay, wanita egois yang pernah aku kenal. Kamu mau apa? Pehatian, kesabaran, ketulusan, sudah kamu dapatkan. Mengapa kamu menyia-nyiakannya?
Mencari yang sempurna? Sampai kapan? Tak'kan pernah ada..

Ini saatnya aku mengajarkan kamu untuk menghargai orang lain, perasaannya. Kamu terlalu yakin akan mendapatkan semua cowo yang kamu sayang karena kecantikanmu? Ah bodoh.

Lama kelamaan mukamu akan tertutup tanah, keogoisanmu akan dilarut oleh penyesalan.
Apa lagi yang harus aku jelaskan? Yang harus aku buktikan? Engkau belum puas?
Bukankah wanita sejati tidak akan membuat prianya

menangisi hal yang sama? Iya hal yang sama, keselahanmu. Yang selalu engkau lakukan berulang-ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar